TERMINOLOGI HIDANGAN NASI



1.  Buras


    Buras adalah makanan yang dibuat saat lebaran, kalau Ketupat dibuat pada saat Larungan/Lombanan (H+7) Lebaran. Buras ini terbuat dari beras, yang dimasak menggunakan santan dan diberi garam sedikit biar rasanya gurih. Setelah berbentuk nasi santan, kemudian dibungkus menggunakan daun Pisang layaknya Lontong. Hanya saja, kalau Lontong itu bentuknya bulat, kalau Buras bentuknya pipih.Kemudian Buras tersebut diikat dengan tali rafia (satu ikatan biasanya sekitar 4 atau 5 buah Buras).
    Selesai itu langsung kita rebus lagi di dalam kuali besar selama lebih dari 10 jam. Proses pembuatannya memang sangat lama, hampir seharian; biasanya warga membuat Buras saat H-2 lebaran, kemudian memasak selama lebih dari 10 jam itu saat H-1 lebaran, sehingga saat malam lebaran Buras sudah bisa disajikan.Makanan Buras ini telah menjadi makanan khas warga Bugis. Sepertinya ini adalah makanan turun-temurun yang dibawa para pendahulunya. Oh iya, Buras ini nanti dimakan saat lebaran dengan menu ikan laut atau opor ayam. Kegunaannya sih sama kayak Ketupat, sebagai pengganti nasi.
    Tidak bisa tiap hari kita bisa mendapatkan Buras. Hanya pada momen-momen tertentu saja, salah satunya adalah saat lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha. Sudah pernah makan Buras? Aku rasa hampir semua masyarakat Bugis dimanapun berada pasti pernah makan Buras. enaknya kalau pagi-pagi Buras ini dimakan dengan opor ayam ataupun pakai ikan laut. Pernah makan Buras? Mungkin yang belum pernah makan langsung penasaran dengan Buras.
   
2. Nasi Goreng




    Nasi goreng ternyata sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, yakni sekitar tahun 4000 Sebelum Masehi. Makanan ini tidak berasal dari Indonesia, melainkan sebagai makanan tradisional masyarakat Tionghoa.

    Ide memasak nasi goreng dimulai dari kebiasaan masyarakat Tionghoa yang tidak suka dengan makanan yang sudah dingin. Oleh sebab itu, mereka mencoba untuk memasak kembali nasi yang sudah dingin. Agar lebih enak, mereka memasukkan bumbu-bumbu sewaktu memasaknya. Tidak disangka, ternyata nasi goreng yang dibuat sangat digemari masyarakat Tionghoa.
    Karena rasanya yang lezat, resep masakan nasi goreng pun tersebar, mereka pun dapat memanfaatkan nasi yang sudah dingin. Dengan adanya ide membuat nasi goreng, pemborosan beraspun saat itu sudah ada solusinya.

Penyebaran Nasi Goreng ke Negara Lain
    Lalu, bagaimana caranya nasi goreng bisa tersebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia?
    Dulu, ada banyak masyarakat Tionghoa yang merantau dan tersebar di berbagai negara di dunia. Sebagian besar, masyarakat Tionghoa memilih untuk menetap di daerah-daerah tersebut dan mencoba membuat nasi goreng dengan bumbu yang tersedia di tempat tinggal mereka saat itu. Sehingga, ada banyak jenis nasi goreng dengan variasi rasa yang unik.  

3.     Ketupat


     Ketupat menjadi hidangan wajib ada bagi masyarakat Muslim Indonesia setiap Hari Raya Idul Fitri. Padahal, jika diamati hidangan ketupat sebenarnya tak ada di negara-negara Timur Tengah. Dari mana sebenarnya tradisi makan ketupat ini berasal?
   "Menurut cerita rakyat, ketupat itu berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga, tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke-15 hingga 16. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman," kata sejarawan kuliner sekaligus penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia". Masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat yang berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Simbolisasi lain dari ketupat, laku papat (empat laku) yang juga melambangkan empat sisi dari ketupat.
    Namun begitu, ketupat bisa jadi berasal dari zaman yang lebih lama, yakni zaman Hindu-Buddha di Nusantara. Merujuk pada zaman pra Islam, nyiur dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan untuk makanan oleh masyarakat di zaman tersebut. Juga di Bali hingga saat ini menggunakan ketupat (orang Bali menyebutnya tipat) dalam ritual ibadah. "Secara tertulis dalam prasasti yang diteliti oleh para ahli, tak disebut secara spesifikasi merujuk ke ketupat, tetapi indikasi makanan beras yang dibungkus nyiur sudah dilakukan sebelum masa pra Islam. Ketupat ahirnya tak hanya menjadi identitas di Indonesia melainkan juga di Asia Tenggara khususnya negara Melayu, identik dengan Hari Raya Idul Fitri.
    "Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya.

4.     Nasi kuning


      Nasi kuning adalah makanan khas Indonesia. Makanan ini terbuat dari beras yang dimasak bersama dengan kunyit serta santan dan rempah-rempah. Dengan ditambahkannya bumbu-bumbu dan santan, nasi kuning memiliki rasa yang lebih gurih daripada nasi putih. Nasi kuning adalah salah satu variasi dari nasi putih yang sering digunakan sebagai tumpeng. Nasi kuning biasa disajikan dengan bermacam lauk-pauk khas Indonesia.
     Dalam tradisi Indonesia warna nasi kuning melambangkan gunung emas yang bermakna kekayaan, kemakmuran serta moral yang luhur. Oleh sebab itu nasi kuning sering disajikan pada peristiwa syukuran dan peristiwa-peristiwa gembira seperti kelahiran, pernikahan dan tunangan. Dalam tradisi Bali, warna kuning adalah salah satu dari empat warna keramat yang ada, disamping putih, merah dan hitam. Nasi kuning oleh karena itu sering dijadikan sajian pada upacara kuningan.
5.     Nasi lemak


      Nasi lemak adalah jenis makanan khas Suku Melayu yang lazim ditemukan di Malaysia di mana hidangan ini dianggap sebagai salah satu hidangan nasionalnya,  dan Indonesia (khususnya di Riau dan Kepulauan Riau). Hidangan ini pun dapat ditemukan di Singapura dan Brunei. Makanan ini biasanya dihidangkan untuk sarapan pagi.
Nasi lemak merujuk kepada nasi yang dimasak dengan menggunakan santan kelapa untuk memberikan citarasa gurih. Kadangkala daun pandan dimasukkan ketika nasi lemak dimasak untuk menambahkan aromanya. Istilah lemak dalam Bahasa Melayu atau lamak dalam Bahasa Minangkabau merujuk kepada rasa dan tekstur gurih berminyak yang dihasilkan santan kelapa yang melepaskan kandungan lemak nabatinya ke dalam nasi yang tengah ditanak. Sir R. O. Winstedt telah menulis mengenai "nasi lemak" di Malaysia dalam bukunya "The Circumstances of Malay Life - 1909".
Nasi lemak biasanya dihidangkan dengan telur (yang direbus, digoreng mata sapi, atau didadar), irisan mentimun, ikan bilis atau teri goreng, dan sambal, cabai. Tetapi kini nasi lemak dijual dengan berbagai lauk-pauk seperti tempe, tahu, petai, kacang tanah goreng, kacang panjang, sate, daging, ayam, sotong, cumi-cumi, udang, kerang, ikan, limpa, dan ataupun hati sapi, yang juga sering disertai juga dengan parutan kelapa.
Kini nasi lemak banyak dijajakan di rumah makan, warung, jajanan pinggir jalan, maupun oleh penjaja makanan keliling. 
    Nasi Lemak lazim disebut dengan nama demikian di Semenanjung Malaya, Sumatera, Singapura dan Brunei. Sementara di Jakarta hidangan yang mirip nasi lemak dikenal dengan nama nasi uduk sedangkan di Jawa Tengah dengan nama sega liwet atau nasi liwet. Di Aceh hidangan yang mirip nasi lemak disebut nasi gurih. Sedangkan di Medan hidangan yang mirip nasi lemak namun dalam porsi bungkusan yang lebih kecil dan sedikit disebut nasi perang. Nasi lemak awalnya bukanlah satu makanan sarapan sehari-hari pada umumnya. Kebiasaan memakan nasi lemak dimulai sebagai suatu bekal makanan kepada petani-petani padi ataupun para pekerja perkebunan seperti karet, kelapa sawit, sayur-sayuran dan lain-lain.
6.     Nasi uduk


   Nasi uduk adalah nama sejenis makanan terbuat dari bahan dasar nasi putih yang diaron dan dikukus dengan santan dari kelapa yang di parut, serta dibumbui dengan pala, kayu manis, jahe, daun serai dan merica. Makanan ini kemudian dihidangkan dengan emping goreng, tahu goreng, telur dadar/telur goreng yang sudah diiris-iris, abon, kering tempe, bawang goreng, ayam goreng, timun dan sambal dari kacang. Makanan ini biasanya lebih sering dijual di pagi hari untuk sarapan dan malam hari untuk makan malam.Pada malam hari,biasanya nasi uduk dijual di warung pecel lele, yaitu warung yang menjual nasi uduk beserta lauknya, seperti lele, ikan mas
7.     Nasi liwet


   Nasi liwet merupakan salah satu santapan yang wajib dicoba jika Anda ingin makan enak di seputaran Solo. Sajian satu ini merupakan salah satu kuliner khas kota asal Presiden Indonesia ketujuh, Joko Widodo. Asal muasal nasi liwet sendiri bermula dari kebiasaan ritual Jawa yaitu selametan atau kenduri. Di acara selamatan khas Jawa ini, selalu dihadirkan nasi samin. Namun karena orang Jawa sendiri tidak bisa membuat nasi samin, maka dibuatlah nasi liwet yang menyerupai nasi tersebut.
Liwet sendiri dalam bahasa Jawa berarti tanak atau menanak. Artinya, nasi gurih cukup dimasak satu kali proses tanpa dikukus. Menanak nasi atau ngliwet menggunakan ketel tembaga sehingga nasi dapat matang sempurna dan empuk. Nasi liwet terdiri dari nasi gurih, suwiran daging ayam, sayur labu, dan areh atau santan kental yang gurih.
Di serat Centhini tertulis, pada tahun 1814–1823, nasi liwet dihadirkan di Pulau Jawa ketika diguncang gempa bumi. Nasi khas Solo ini juga dihadirkan dengan doa yang dilantunkan untuk keselamatan. Selain itu, nasi liwet juga sudah hadir ke dalam lingkup kerajaan. Konon, Paku Buwono IX (1861–1893) memborong nasi liwet untuk menjamu para penabuh gamelan keraton. Hal ini dilakukan supaya para isteri dari para pengrawit tidak kerepotan harus menyiapkan makanan ketika mereka pulang ke rumah.
8.     Nasi kucing


     Disebut nasi kucing karena porsi dan lauknya persis seperti kita akan memberi makan kucing di rumah. Lalu hik. Suku kata yang unik karena tak ada dalam kamus bahasa jawa, dan hebatnya lagi, tak ada artinya yang pasti. Sebagian mengartikan hik sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Saya katakan pada anda: jangan percaya pada tesis ini. Makna hik paling kuat yang saya dapat bersumber dari sejarah panjang tradisi kuliner ini.
    Idiom hik bersumber dari lagu rakyat yang dinyanyikan pada malem selikuran, tanggal 21 bulan puasa pada zaman Susuhunan Paku Buwono X: ting-ting hik, jadah, jenang, wajik, ojo lali tinge kobong (lampu-lampu minyak hik, jadah, jenang, wajik (nama-nama jajanan pasar—mpep), jangan lupa lampunya terbakar—mpep). Lagu ini memiliki makna religius yang dalam, penuh perlambang.
     Ting adalah lambang dari riwayat Kanjeng Nabi Muhammad SAW setelah turun dari Jabal Nur di malam Lailatul Qadar. Nabi disambut gembira oleh sahabat dengan menyalakan obor di mana-mana. Jadah, jenang, wajik merupakan jajanan pasar yang enak melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Sedang ojo lali tinge kobong memiliki makna mengingatkan akan bahaya kebakaran. Hik sendiri tidak memiliki makna religius apa-apa. Ia menjadi identitas penjual warung angkringan yang semula menjajakan makanannya dengan berkeliling kampung mendorong gerobak memikul tenong (trims Mas Santo koreksinya–mpep) sambil berteriak hiiiikk…hiiikk….
      Dalam perkembangannya pedagang hik tidak lagi menjajakan dagangannya tetapi menetap di suatu tempat-tempat yang biasanya strategis dan ramai. Penjual nasi kucing yang dianggap pionir dalam sejumlah literatur sebagai penjual nasi kucing yang mangkal adalah Pak Man. Pak Man biasa mangkal di dekat Stasiun Tugu Jogja. Hingga kini angkringan Pak Man—yang diganti anaknya Lik Man—masih ramai dikunjungi orang. Menu istimewanya kopi jos. Kopi kental manis yang diberi arang membara. Joss…
Menurut penelitian mahasiswa UGM yang terinspirasi karena menjadi pelanggan setia Lik Man, arang ternyata berfungsi menyerap kafein dari kopi. Sehingga kopi jos direkomendasikan baik untuk kesehatan. Meski demikian, seorang teman saya, seorang dokter sama sekali tak menyarankan untuk mencicipi kopi yang diberi arang. Soalnya arang kabarnya bersifat karsinogen. Sekarang, semua terserah anda.
Lalu di Jogja disebut angkringan karena demikian egaliternya warung rakyat ini pengunjung dapat meng-angkring-kan kakinya (mengangkat kakinya sambil duduk di kursi). 
    Ukuran kesopanan di warung angkringan adalah tenggang rasa dan tepa selira dengan sesama pengunjung lainnya. Istilah angkringan lebih banyak digunakan di daerah Jogja. Sedang hik digunakan di daerah Solo meskipun bentuk, dan karakteristiknya sama persis.
     Pada awalnya nasi kucing hanya dijual di wilayah Solo dan Jogja. Karena cukup bersahabat dengan kocek mahasiswa, nasi kucing merambah hingga ke Salatiga dan Semarang yang tak punya tradisi hik dan angkringan. Nasi kucing juga dapat anda temukan di Purwokerto. Nasi kucing memang makanan anak kos. Di masa-masa krismon saat Reformasi 1998, banyak mahasiswa yang disambung hidupnya dari dua pincuk nasi kucing. Namun nasi kucing tak identik mahasiswa.
9.     Lontong


     Lontong merupakan makanan tradisional Indonesia, Lontong terbuat dari beras yang dikukus di dalam bungkus dari daun pisang, Karena dikukus dalam daun pisang, lontong dapat berwarna hijau di luarnya, sedangkan berwarna putih di dalamnya. Lontong banyak ditemui diberbagai daerah di Indonesia sebagai pengganti nasi putih. Walau juga dibuat dari beras lontong memiliki aroma yang khas.
    Lontong banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia sebagai pengganti nasi putih. Walau juga dibuat dari beras, lontong memiliki aroma yang khas. Yang pasti lontong dan ketupat adalah makanan masakan khas asli dan original buatan Indonesia. Keasliannya tak ubahnya dengan Warok. Kalaupun ada lontong dan ketupat di negara lainnya seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Itu tidak lain adalah budaya serapan yang dibawa oleh perantau Indonesia ke negeri tersebut sejak dulu kala.

10. Nasi pecel


      Makanan ini sudah ada semenjak masa penjajahan Belanda.Buktinya, di Suriname, wilayah bekas jajahan Belanda juga terdapat pecel, meskipun ada perbedaan rasa di bumbu dan isinya, karena mengikuti selera dan keadaan di sana (Suriname). Pecel biasanya terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, taoge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai (sejenis mentimun), atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel. Konsep hidangan pecel mirip dengan hidangan salad. Keduanya sama-sama menggunakan sayuran segar sebagai bahan utama (body) dan menggunakan dressing. Perbedaannya adalah, jika kebanyakan salad menggunakan mayones sebagai dressing, maka pecel menggunakan sambal pecel. Makanan ini juga mirip dengan gado-gado, walau ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan.
    Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah sangrai dan cabai rawit yang  dicampur dan ditumbuk dengan bahan lainnya seperti kencur, daun jeruk purut, bawang putih, asam jawa, gula merah, dan garam. Pecel sering juga dihidangkan dengan tempe goreng, rempeyek kacang, rempeyek ebi, rempeyek kedelai, atau lempeng beras. Selain itu pecel juga biasanya disajikan dengan nasi putih yang hangat ditambah daging ayam atau jeroan. Cara penyajian bisa dalam piring atau dalam daun pisang yang dilipat yang disebut pincuk. Rasa pecel yang pedas menjadi ciri khas dari masakan ini.



















source:
https://ms.wikipedia.org/wiki/Buras
https://pergikuliner.com/blog/asal-usul-sejarah-nasi-uduk-yang-perlu-kamu-tahu
https://id.wikipedia.org/wiki/Nasi_lemak
https://id.wikipedia.org/wiki/Nasi_goreng
http://travel.kompas.com/read/2017/06/10/091400827/berikut.asal.sejarah.nasi.liwet.di.indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Pecel
https://id.wikipedia.org/wiki/Ketupat
https://id.wikipedia.org/wiki/Lontong









    


Komentar

Postingan Populer